SISWA KELAS XII IPA 1 SMA N 4 OKU
DENGAN PRESENTASI MENGGUNAKAN VIDEO PENDEK
Oleh
JONIZAR, S.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menemukan apakah dengan presentasi menggunakan video pendek kemampuan berbicara siswa kelas XII IPA 1 dapat meningkat. Penelitian ditujukan bagi siswa kelas XII IPA 1 SMA N 4 OKU yang terdiri dari 41 orang siswa. Kegiatan dilaksanakan dengan menugaskan pada siswa mempresentasikan video pendek. Sebelum, selama dan sesudah kegiatan berlangsung penulis mengamati dan membuat catatan lapangan dengan bantuan kolaborator. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam 2 siklus. Dimana tiap siklus meliputi 4 tahap yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Interpretasi serta Menganalisa dan Merefleksikan. Setiap siklus berlangsung dalam waktu 3 minggu, 45 menit setiap pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan dengan presentasi menggunakan video pendek. Kegiatan ini mampu memotivasi siswa guna berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Kata kunci : keterampilan berbicara, presentasi, video pendek
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan berbicara merupakan satu dari keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai siswa sebab keterampilan ini merupakan keterampilan terpenting dari keempat keterampilan berbahasa sebagaimana dinyatakan oleh Url (1996:120) seperti yang dikutip oleh Zhang (2009:32), itulah sebabnya salah satu motivasi seseorang belajar bahasa asing atau bahasa kedua adalah agar mampu berkomunikasi dengan penutur asli bahasa tersebut. Berkenaan dengan standar kelulusan siswa SMA/MA telah dinyatakan di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI tentang SKL untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bidang studi bahasa Inggris untuk SMA/MA (2006: 45) yang dikeluarkan oleh Depdiknas disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan untuk kompetensi berbicara adalah mengungkapkan makna secara lisan dalam wacacana interpersonal dan interaksional, dalam bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, news item, report, analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion dan review, dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, sejumlah siswa peneliti mengalami kesulitan menyampaikan ide secara lisan dalam bahasa Inggris. Sebagian besar mereka takut, tidak nyaman dan tidak tahu apa yang harus disampaikan. Mereka memang tahu banyak tentang bahasa Inggris tapi sayangnya tidak tahu harus berbuat apa terhadap bahasa tersebut. Siswa nampak khawatir bila akan diuji kemampuan berbicara. Berbeda sekali manakala mereka diuji secara tertulis mereka tampak lebih nyaman walaupun hasilnya belum pasti memuaskan.
Keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA 1 SMA N 4 OKU masih belum memuaskan seperti yang terlihat pada data nilai ujian aspek psikomotorik pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010. Data tersebut menunjukkan bahwa masih ada , 41,46 % (17 orang siswa) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72 dengan nilai rata-rata 74,60. .
Jika dikaji lebih dalam, maka hal tersebut dapat terjadi bukan hanya disebabkan oleh faktor siswa saja, melainkan juga dari pihak sekolah dan guru sendiri. Dua dintaranya adalah jumlah siswa yang berlebihan dan guru pada saat proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif berlatih berbicara.
Pelatihan keterampilan berbicara menurut Yang pada http://eca.state.gov./forum/vols/vol137/no4/p22.htm dapat dimulai dengan menganalisa latar belakang siswa dan mencoba menemukan cara meminimalkan beban psikologis siswa sehingga mereka mau berbicara secara sukarela. Lebih lanjut, ketika pelatihan sedang berlangsung seorang guru sebagaimana dinyatakan oleh Eillei (1996) bertugas membuat siswa merasa butuh menyampaikan idenya secara lisan. Hal ini akan mendukung siswa sehingga mereka benar-benar mau melakukan komunikasi yang sesungguhnya tanpa kontrol eksternal sebagaimana dikutip oleh Robinet (1980:205) dari Prator (1965).
Penelitian ini berjudul ”Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Presentasi Menggunakan Video Pendek Bagi Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 OKU”. Penelitian bermula dari pokok permasalahan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA SMA Negeri 4 OKU bersifat monoton sehingga siswa menjadi jenuh selama kegitatan belajar mengajar dan akibatnya keterampilan berbicara siswa kurang maksimal. Selain itu, penelitian ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa presentasi menggunakan video pendek akan mampu memberikan motivasi dan ide untuk mengekspresikan ide secara lisan. Kemampuan siswa dalam mengoperasikan perangkat komputer dan mengunduh video merupakan hal yang akan sangat mendukung kegiatan ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah utama yang diteliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah “Apakah presentasi menggunakan video pendek dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 OKU?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui apakah presentasi menggunakan video pendek dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 4 OKU.
1.4 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat dalam penelitian ini baik bagi siswa maupun bagi guru bahasa Inggris yaitu:
1) Bagi siswa:
a) Terjadi perubahan sikap dari kurang percaya diri dan nyaman menjadi lebih
percaya diri dan nyaman dalam berbicara.
b) Terjadi peningkatan kemampuan berbicara secara bertahap.
c) Mengalami suasana belajar yang lebih variatif
2) Bagi guru:
a) Memahami karakteristik dan kemampuan berbicara siswa.
b) Memberikan pengalaman berbicara bahasa siswa.
c) Mampu mengatasi masalah yang timbul khususnya pada pembelajaran
keterampilan berbicara.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Pelajaran bahasa Inggris menurut petunjuk teknis pengembangan silabus dan contoh/model silabus ( BSNP dan Depdiknas, 2007) menekankan pada aspek keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan berbahasa lisan dan tulis baik respektif maupun produktif. Disini jelas bahwa bahasa dipandang sebagai alat komunikasi sosial bukan sekedar seperangkat aturan atau grammar dengan kosakatanya. Untuk mendapatkan kompetensi komunikatif, siswa harus terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Disamping mengajarkan keterampilan berbahasa, guru juga dituntut untuk membimbing siswa untuk bisa belajar mandiri (teach how to learn). Selain itu pengajaran bahasa Inggris juga harus dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk terus belajar meskipun sudah selesai dari lembaga sekolah (long life education). Untuk itu kegiatan pembelajaran di kelas harus menarik dan berorientasi pada kehidupan yang sebenarnya (real world), maksudnya harus ada keterkaitan antara apa yang dipelajari di dalam kelas dengan kehidupan di luar kelas. Dengan demikian siswa akan memiliki keterampilan yang bermanfaat untuk kehidupannya (life skill).
Dalam pengajaran keterampilan berbicara menururut Brown dan Yule ( 1983) hendaknya tidak hanya difokuskan pada interaksional tapi juga percakapan transaksional yang lebih panjang umpamanya diskusi atau presentasi. Hal ini memungkinkan siswa akan lebih mampu mengkomunikasikan informasi secara efisien di dalam bahasa asing yang sedang dipelajarinya. Untuk mendukung aktivitas pengajaran keterampilan berbicara diperlukan upaya yang dapat mengurangi tekanan (pressure) yang menjadi penyebab perasaan tidak nyaman siswa. Menurut Nunan sebagaimana dikutip oleh Cholewinski pada http://eca.state.gov./forum vols/vol137/no.4/p.25.htm mengemukakan bahwa kegiatan komunikasi di kelas lebih menarik bilamana siswa dilibatkan dalam memahami, memproduksi atau berinteraksi dalam bahasa target yang pada prinsipnya lebih memfokuskan pada makna bukan pada formula tata bahasa.
Seiring berubahnya paradigma pendidikan saat ini, siswa dapat berperanan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Mereka bukan lagi obyek, akan tetapi lebih dari itu mereka dapat berperan sebagai subyek baik dalam perencanaan maupun aplikasinya dalam kegiatan belajar mengajar. Dibutuhkan media dan aktifitas pembelajaran yang dapat memfasilitasi peranan siswa tersebut. Banyak aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mendukung proses pembelajaran salah satu diantranya adalah presentasi.
2.2 Definisi dan Manfaat Presentasi
Presentasi menurut Kamus Besar Indonesia (2002 :895) merupakan penyajian atau pertunjukan (tentang sandiwara, film dsb) kepada orang –orang yang diundang. Sejalan dengan ini dalam pembelajaran bahasa menurut Spratt dan Dangerfield (1985:17) presentasi akan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuktikan manfaat dan relevansi bahan baru pelajaran bahasa yang dipelajarinya. Bahkan lebih jauh presentasipun dapat juga melatih memori emosional siswa (Gunawan, 2003) dalam menguasai materi belajar. Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa presentasi tidak hanya bermanfaat dalam pembelajaran bahasa akan tetapi bermanfaat pula dalam kehidupan siswa sehari-hari sekarang maupun yang akan datang.
2.3 Video dalam Pengajaran bahasa Inggris
Banyak media belajar yang dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Satu diantaranya adalah video. Pernyataan bahwa video dapat digunakan sebagai alat pengajaran bahasa Inggris pernah diungkapkan oleh pakar (Miller dan Brennan, 1988; Dawson, 1988) sebagaimana dikutip oleh Cahyono (1997 : 128) amatlah beralasan. Pernyataan itu dilandasi oleh nilai-nilai yang dapat dipetik dari penggunaan video sebagai alat pengajaran bahasa Inggris di kelas.
Pertama, video dapat memberikan perilaku situasi komunikatif di kelas pembelajar; pembelajar dapat melihat dan mendengarkan perilaku dan kata – kata para aktor dan aktris dalam situasi yang sebenarnya tempat terjadinya komunikasi.
Kedua, video dapat menunjukkan hubungan sosial dan perilaku para karakter dalam video. Dari hubungan sosial dan perilaku itu pembelajar dapat mengamati unsur-unsur non linguistik secara jelas, misalnya ekspresi wajah, isyarat organ - organ tubuh, dan emosi.
Ketiga, video dapat merupakan alat pengajaran yang dapat menumbuhkan motivasi. Hal itu disebabkan karena adegan dalam video merupakan adegaan ”hidup” dan tidak menjemukan, dan situasi-situasi yang ada dalam video dapat didentifikasi oleh pembelajar.
Keempat, video dapat memberikan informasi kebudayaan. Misalnya, video yang diproduksi di Inggris atau Amerika Serikat membantu pembelajar melihat bagaimana dan di mana para penutur asli bahasa Inggris tinggal dan mereka dapat menemukan informasi kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan mereka.
Kelima, video dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pengajaran keterampilan berbahasa maupun elemen bahasa. Misalnya, materi yang disajikan dalam video dapat ditindaklanjuti dengan kegiatan diskusi, komposisi, simulasi, dan bermain peran. Video juga dapat memberikan latihan ucapan, kosa kata, struktur, idiom, dan fungsi. Di samping itu, video juga dapat memberikan latar belakang skema yang relevan yang membuat bahasa dalam konteks itu menjadi relevan dan mudah dipahami.
Video yang dimanfaatkan haruslah bersesuaian tidak hanya dengan tujuan pembelajaran tetapi juga dengan nilai yang dianut oleh guru dan pembelajar. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat namun tidak menggerus nilai yang dianut siswa maupun guru. Untuk presentasi yang dilaksanakan dalam PBM dengan durasi 45 menit, maka video pendek yang berdurasi tidak lebih dari 2 menitlah yang tepat digunakan. Hal ini memungkinkan lebih banyak siswa yang memiliki kesempatan menyampaikan ide mereka secara langsung.
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
3.1 Metode Penelitian
Pembelajaran dilaksanakan dengan maksud meningkatkan hasil pembelajaran dengan presentasi yang dicatat dan diteliti dengan langkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan teori yang dikemukakan Kemmis (dikutip Suhardjono, 2006).
Di dalam penelitian ini guru sebagai praktisi yang meminta siswa menggunakan video pendek dalam presentasi dibantu rekan sejawat dalam memantau, mencatat aktivitas siswa dalam baik pada catatan lapangan maupun lembar observasi sehingga memudahkan peneliti melakukan refleksi.
Prosedur kerja penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklusnya terdiri atas 4 aspek, yaitu: penyusunan rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Jadi, pada siklus I direncanakan, dilaksanakan dan direfleksikan pelaksanaan pembelajaran presentasi menggunakan video pendek. Hasil refleksi terhadap siklus I dijadikan dasar untuk memodifikasi dan membuat rencana tindakan II, yang dilaksanakan, diobservasi , direfleksikan pada akhir siklus II. Demikian selanjutnya sampai siklus II berakhir yang ditandai peningkatan pada kriteria keberhasilan.
3.2 Langkah-langkah Penelitian
3.2.1 Siklus I
3.2.1.1 Perencanaan
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan analisis hasil ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 kelas XII IPA 1 SMAN 4 OKU khususnya aspek psikomotorik. Berdasarkan hasil ulangan semester ganjil tersebut masih terdapat 41,46 % siswa (17 orang siswa) belum mencapai KKM seperti nampak pada tabel 1.
TABEL 1
DAFTAR NILAI SEMESTER GANJIL Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
ASPEK PSIKOMOTORIK Kelas/program : XII IPA 1
TAHUN PELAJARAN : 2009/2010 Semester : Ganjil
KKM : 72
No Nama Siswa Nilai Ketercapaian Kompetensi
1 Ahamad Dedat 88 Mencapai KKM
2 Aninditha Rahmah R 78 Mencapai KKM
3 Anita Carolina 70 Belum Mencapai KKM
4 Apriyanti 55 Belum Mencapai KKM
5 Arif Kusuma Nugraha 65 Belum Mencapai KKM
6 Arindona 82 Mencapai KKM
7 Bagus Praseptyo Aji A 76 Mencapai KKM
8 Bima Sanjaya 82 Mencapai KKM
9 Deta Helisanova 78 Mencapai KKM
10 Devita Sari 78 Mencapai KKM
11 Dhani Wisnu Saputro 76 Mencapai KKM
12 Eryleo Ridho 60 Belum Mencapai KKM
13 Etty Oktaria 82 Mencapai KKM
14 Fasha Qarie Barda 73 Belum Mencapai KKM
15 Fatma Olina 82 Mencapai KKM
16 Fauzi Widiyanto 70 Belum Mencapai KKM
17 Hengky Saputra 70 Belum Mencapai KKM
18 Herdi Saputra 70 Belum Mencapai KKM
19 Ira Purnamasari 75 Mencapai KKM
20 Karina Dwi Aragi 82 Mencapai KKM
21 Linda Hastuti 70 Belum Mencapai KKM
22 M Afdal 78 Mencapai KKM
23 M Reza Pahlevi 82 Mencapai KKM
24 Masayu Vidia Silvany 60 Belum Mencapai KKM
25 Melissa Sundari 85 Mencapai KKM
26 Meta Yuliana 85 Mencapai KKM
27 Mona Herlianti Siahaan 68 Belum Mencapai KKM
28 Noval Agustian 80 Mencapai KKM
29 Nora Soraya Sinabutar 78 Mencapai KKM
30 Ovillia Della Prativi 88 Mencapai KKM
31 Peggy Septianingrum 68 Belum Mencapai KKM
32 Riki Apriansyah 60 Belum Mencapai KKM
33 Riski Lesponda 82 Mencapai KKM
34 Rizka Agustin 85 Mencapai KKM
35 Rizki Juliantara 82 Mencapai KKM
36 Sadra Ihsani 67 Belum Mencapai KKM
37 Ummi Wahyuni 79 Mencapai KKM
38 Vera Rosalina S 65 Belum Mencapai KKM
39 Yessy Seftiani 60 Belum Mencapai KKM
40 Yulia Putri Maya Sari 60 Belum Mencapai KKM
41 Zainuna Rahayu 85 Mencapai KKM
Sumber : Daftar Nilai Semester Ganjil SMA N 4 OKU
Selain itu, peneliti bertanya kepada siswa dan menawarkan presentasi dengan video pendek dalam pelatihan kompetensi berbicara bahasa Inggris. Dari hasil analisis dan tanya jawab tersebut dilakukan refleksi awal penelitian tindakan ini dan diputuskan bahwa presentasi dengan video pendek dapat digunakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, peneliti menyusun rencana pembelajaran berbicara yang berisikan deskripsi pembelajaran berbicara, tujuan pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran.
Disusun pula rancangan catatan lapangan, format observasi keseringan siswa berbicara dan ketrampilan berbicara siswa.
3.2.1.2 Pelaksanaan
Pertemuan I
Pada pertemuan ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Guru memperlihatkan satu video pendek dengan judul A Letter to Daddy.
3. Guru meminta siswa menyampaikan pendapatnya tentang isi video.
4. Guru menjelaskan tata bahasa dan kosakata yang tidak tepat digunakan siswa.
5. Guru membagi kelas ke dalam 5 kelompok @ 8 orang.
6. Guru menugaskan siswa untuk mengunduh video pendek sebagai tugas di rumah.
7. Guru menugaskan siswa menuliskan deskripi singkat isi video pendek.
Peretemuan II
Pada pertemuan 2 ini, kegiatan yang dilakukan adalah sebgai berikut.
1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kelompok I membagikan salinan deskripsi isi video kepada kelompok lain.
3. Kelompok I menampilkan video pendek berjudul If a baby could talk.
4. Anggota kelompok lain menanggapi video kelompok I.
5. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan kalimat atau tata bahasa yang seyogyanya digunakan.
6. Guru menugaskan kelompok II mempersiapkan presentasi pada pertemuan berikut.
Pertemuan III
Pada pertemuan 3 ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kelompok II membagikan salinan deskripsi isi video kepada kelompok lain.
3. Kelompok II menampilkan video berjudul A Smiling Baby.
4. Anggota kelompok lain menanggapi video kelompok II.
5. Guru menyimpulkan jawaban siswa dan menjelaskan pilihan kata atau frase dan tata bahasa yang kurang tepat dalam bertanya.
3.2.1.3 Pemantauan atau Observasi
Pengamatan atau observasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan instrument pengumpulan dta, yaitu dokumentasi dan pengamatan atau observasi.
3.2.1.3.1 Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil ujian semester ganjil aspek psikomotor tahun pelajaran 2009/2010. Data ini menunjukkan 41,46 % (17 orang siswa) belum mencapai kriteria ketuntasan minimal 72 dengan nilai rata-rata 74,60. Hal ini menampakkan kesenjangan yang cukup signifikan antara siswa yang melampaui KKM dengan yang belum.
3.2.1.3.2 Observasi atau Pengamatan
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan guru bersama kolaborator dalam proses pembelajaran. Observasi difokuskan pada tingkat keseringan dan keterampilan berbicara siswa.
Adapun aspek-aspek yang diamati dan dinilai oleh kolaborator dan guru adalah seperti tertera pada tabel berikut:
TABEL 2
1) Format Observasi Tingkat Keseringan Berbicara
No
Nama Siswa Waktu Berbicara
Menit ke 10 Menit ke 20 Menit ke 30 Menit ke 40
2) Format Observasi Keterampilan Berbicara Siswa
TABEL 3
No
Nama Siswa Aspek Yang Dinilai
Kelancaran
(skor 1-3) Kosakata
(skor 1-3) Pelafalan
(skor 1-3) Pemahaman
(skor 1-3)
3.2.1.4 Refleksi
Informasi pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui kegitan observasi dalam tiap siklus dan catatan lapngan dijadikan bahan untuk melakukan refleksi akhir pada tiap siklus. Hasil refleksi yang telah disimpulkan menjadi dasar dalam menetapkan tindakan siklus berikutnya.
3.2.2 Siklus II
Siklus kedua dilaksanakan guna melanjutkan kegiatan pada siklus pertama. Siklus ini meliputi pertemuan I, II dan III.
Pertemuan I
Pada pertemuan 4, kegiatan yang dialksankan adalah sebagai berikut.
1. Guru membuka pembelajaran dan menyampikan tujuan pembelajaran
2. Kelompok III membagikan deskripsi isi video.
3. Kelompok III menampilkan video berjudul Children See Children Do.
4. Anggota kelompok lain menanggapi video kelompok III.
5. Guru menyimpulkan jawaban siswa dan menjelaskan pilihan kata atau frase dan tata bahasa yang kurang tepat dalam bertanya.
Pertemuan II
Pada pertemuan 5, kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Guru membuka pembelajaran dan menyampikan tujuan pembelajaran
2. Kelompok IV membagikan deskripsi isi video.
3. Kelompok IV menampilkan video berjudul Shaking Baby.
4. Anggota kelompok lain menanggapi video kelompok IV.
5. Guru menyimpulkan jawaban siswa dan menjelaskan pilihan kata atau frase dan tata bahasa yang kurang tepat dalam bertanya.
Pertemuan III
Pada pertemuan 6, kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Guru membuka pembelajaran dan menyampikan tujuan pembelajaran
2. Kelompok V membagikan deskripsi isi video.
3. Kelompok V menampilkan video berjudul Don’t Just Stand, Child Abused.
4. Anggota kelompok lain menanggapi video kelompok V.
5. Guru menyimpulkan jawaban siswa dan menjelaskan pilihan kata atau frase dan tata bahasa yang kurang tepat dalam bertanya.
3.3 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara membuat perbandingan nilai psikomotor pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 kelas XII IPA 1 dengan nilai psikomotor mid semester genap tahun pelajaran 2009/2010 kelas XII IPA 1 serta nilai ujian praktik berbicara tahun pelajaran 2009/2010.
Keberhasilan tindakan juga dilihat dari aspek proses yang terlihat pada lembar observasi atau catatan lapangan. Tindakan dikatagorikan berhasil apabila siswa terlihat kreatif dalam bertanya, menyanggah dan menjawab pertanyaan.
Dari segi peningkatan kemampuan siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas. Apabila nilai rata-rata kelas setelah dilakukan tindakan lebih besar daripada nilai rata-rata kelas sebelum tindakan, dapat dikatakan terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam berbicara.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus. Tujuan siklus untuk memperbaiki hasil belajar sebelum perlakun berlangsung. Berdasarkan hasil ujian semester ganjil aspek psikomotorik, Berdasarkan hasil ulangan semester ganjil tersebut masih terdapat 17 orang siswa belum mencapai KKM. Keadaan ini mengisyarakatkan bahwa pembelajaran untuk keterampilan berbicara belum tuntas.
4.1 Hasil dan Pembahasan Tindakan Siklus I
Penelitian siklus I ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan itu dilakukan selama 45 menit (1 jam pelajaran). Perlakukan tindakan dilakukan pada kelas XII IPA 1 dengan jumlah siswa 41 orang. Tindakan siklus kesatu dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 45 menit.
4.1.1 Hasil dan Pembahasan Siklus I pada Pertemuan ke-1
Berdasarkan hasil observasi dalam siklus kesatu pertemuan kesatu, peneliti menemukan bahwa , 29,26 % siswa terlibat secara aktif dalam berbicara, baik bertanya, menjawab maupun menyanggah jawaban guru (lihat lampiran 3). Dari segi keterampilan berbicara, baru 34,14 % yang memiliki kemampuan baik (lihat lampiran 4). Walaupun demikian, peneliti masih perlu memberikan motivasi dan menjelaskan kalimat atau tata bahasa yang sebaiknya diperbaiki misal : if parents can’t manage his time, I will feel surprised dan in one side, on the other side (lihat lampiran 5). Lebih lanjut, peneliti menyarankan hendaknya presentasi kelompok I juga dilengkapi dengan salinan deskripsi singkat isi video yang dibagikan pada anggota kelompok lain.
4.1.2 Hasil dan Pembahasan Siklus I pada Pertemuan ke-2
Selama pertemuan kedua , ditemukan bahwa 29,92 % siswa terlibat secara aktif dalam berbicara, baik bertanya, menjawab maupun menyanggah jawaban kelompok I (lihat lampiran 6). Dari segi keterampilan berbicara, sudah nampak terjadi peningkatan 39,02 % siswa yang memiliki kemampuan baik (lihat lampiran 7) Walaupun demikian, peneliti masih perlu memberikan motivasi dan menjelaskan kalimat atau tata bahasa yang sebaiknya diperbaiki misal : if parents can’t manage his time, I will feel surprised dan in one side, on the other side (lihat lampiran 8) sebelum menutup pelajaran sembari mengatakan bahwa selanjutnya kegiatan akan diteruskan dengan presentasi kelompok II pada pertemuan berikutnya.
4.1.3 Hasil dan Pembahasan Siklus I pada Pertemuan ke-3
Selama pertemuan ketiga, 34,14 % siswa terlibat secara aktif dalam berbicara, baik bertanya, menjawab maupun menyanggah jawaban kelompok II (lihat lampiran 9). Dari segi keterampilan berbicara, sudah nampak terjadi peningkatan 41,14 % siswa sudah memiliki kemampuan baik (lihat lampiran 10) dengan pertanyaan yang lebih kritis dan jawaban yang lebih detil (lihat lampiran 11).
Sebelum kegiatan berakhir, peneliti menyimpulkan jawaban siswa dan menjelaskan pilihan kata atau frase dan tata bahasa yang kurang tepat dalam bertanya yaitu : smile baby, although face the problem that to not to be stress, with smile fight the problem. Melihat antusiasme siswa dalam bertanya dan mengikuti PBM, peneliti menyimpulkan kegiatan ini dapat dilanjutkan pada siklus II.
4.2 Hasil dan Pembahasan Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan berlangsung selama 45 menit.
4.2.1 Hasil dan Pembahasan Siklus II pada Pertemuan ke-1
Selama pertemuan kesatu, 39,02 % siswa terlibat secara aktif dalam berbicara, baik bertanya, menjawab maupun menyanggah jawaban kelompok III (lihat lampiran 12). Dari segi keterampilan berbicara, sudah nampak terjadi peningkatan terdapat 48,78 % siswa yang sudah memiliki kemampuan baik (lihat lampiran 13) dengan pertanyaan yang lebih kritis dan jawaban yang lebih detil (lihat lampiran 14).
Dari kegiatan presentasi pertemuan I dapat disimpulkan bahwa dengan lebih
sering diberi kesempatan berbicara, kepercayaan diri siswa semakin meningkat. Untuk itu peneliti menyimpulkan kegiatan ini dapat dilanjutkan pada kegiatan ke dua setelah menjelaskan kata-kata seperti : delete dan care with yang kurang pas dipakai pada konteks kalimat yang digunakan.
4.2.2 Hasil dan Pembahasan Siklus II pada Pertemuan ke-2
Selama pertemuan kedua, 29,26 % siswa terlibat secara aktif dalam berbicara, baik bertanya, menjawab maupun menyanggah jawaban kelompok IV (lihat lampiran 15). Pada tindakan ke-2 siklus kedua ini jumlah siswa yang terlibat dalam berbicara menurun (lihat lampiran 17). Hal ini bisa terjadi karena masalah yang muncul pada presentasi agak sulit dicerna. Partisipan dari kelompok lain meminta kelompok V memutar ulang video mereka untuk kali kedua. Dari segi keterampilan berbicara, terjadi peningkatan yakni 60,97 % siswa sudah memiliki kemampuan baik (lihat lampiran 16).
Sebelum kegiatan berakhir, peneliti menyimpulkan jawaban siswa sambil
menjelaskan penggunaan kata development dan delay. Presentasi menggunakan video pendek akan diakhiri dengan penampilan kelompok V pada tindakan ke-3.
4.2.3 Hasil dan Pembahasan Siklus II pada Pertemuan ke-3
Selama pertemuan ketiga, 51,12 % siswa terlibat secara aktif dalam berbicara, baik bertanya, menjawab maupun menyanggah jawaban kelompok V (lihat lampiran 18). Pertanyaan yang diajukan lebih kritis dan jawaban yang lebih detil dalam kalimat yang lebih bermakna (lihat lampiran 20).
Dari segi keterampilan berbicara, semakin nampak terjadi peningkatan yang signifikan yakni 68,29 % siswa telah memiliki kemampuan baik (lihat lampiran 19). 28 orang dari 41 siswa kelas XII IPA I sudah mampu berbicara bahasa Inggris dengan lancar, walaupun untuk pronunciation dan stress masih perlu latihan lebih lanjut pada kegiatan lain.
Dari kesemua proses tindakan yang sudah dilakukan pada siklus I dan II, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan dengan presentasi menggunakan video pendek. Dari segi kwantitas siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan seperti terlihat pada lembar observasi maupun catatan lapangan. Sedangkan dari segi kwantitas keterampilan berbicara bahasa Inggris siswa lebih meningkat sebagaimana nampak pada tabel nilai mid semester genap tahun pelajaran 2009/2010 dan tabel nilai ujian praktik berbicara pada tahun pelajaran yang sama.
TABEL 4
DAFTAR NILAI MID SEMESTER GENAP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
ASPEK PSIKOMOTORIK Kelas/program : XII IPA 1
TAHUN PELAJARAN : 2009/2010 Semester : Ganjil
KKM : 72
No Nama Siswa Nilai Ketercapaian Kompetensi
1 Ahamad Dedat 95 Mencapai KKM
2 Aninditha Rahmah R 80 Mencapai KKM
3 Anita Carolina 80 Mencapai KKM
4 Apriyanti 70 Belum Mencapai KKM
5 Arif Kusuma Nugraha 75 Mencapai KKM
6 Arindona 86 Mencapai KKM
7 Bagus Praseptyo Aji A 78 Mencapai KKM
8 Bima Sanjaya 85 Mencapai KKM
9 Deta Helisanova 82 Mencapai KKM
10 Devita Sari 81 Mencapai KKM
11 Dhani Wisnu Saputro 78 Mencapai KKM
12 Eryleo Ridho 76 Mencapai KKM
13 Etty Oktaria 88 Mencapai KKM
14 Fasha Qarie Barda 85 Mencapai KKM
15 Fatma Olina 86 Mencapai KKM
16 Fauzi Widiyanto 80 Mencapai KKM
17 Hengky Saputra 80 Mencapai KKM
18 Herdi Saputra 77 Mencapai KKM
19 Ira Purnamasari 82 Mencapai KKM
20 Karina Dwi Aragi 88 Mencapai KKM
21 Linda Hastuti 80 Mencapai KKM
22 M Afdal 85 Mencapai KKM
23 M Reza Pahlevi 85 Mencapai KKM
24 Masayu Vidia Silvany 76 Mencapai KKM
25 Melissa Sundari 85 Mencapai KKM
26 Meta Yuliana 88 Mencapai KKM
27 Mona Herlianti Siahaan 80 Mencapai KKM
28 Noval Agustian 86 Mencapai KKM
29 Nora Soraya Sinabutar 82 Mencapai KKM
30 Ovillia Della Prativi 96 Mencapai KKM
31 Peggy Septianingrum 78 Mencapai KKM
32 Riki Apriansyah 75 Mencapai KKM
33 Riski Lesponda 75 Mencapai KKM
34 Rizka Agustin 85 Mencapai KKM
35 Rizki Juliantara 87 Mencapai KKM
36 Sadra Ihsani 76 Mencapai KKM
37 Ummi Wahyuni 85 Mencapai KKM
38 Vera Rosalina S 78 Mencapai KKM
39 Yessy Seftiani 75 Mencapai KKM
40 Yulia Putri Maya Sari 71 Belum Mencapai KKM
41 Zainuna Rahayu 88 Mencapai KKM
Sumber : Daftar Nilai SMA N 4 OKU
TABEL 5
DAFTAR NILAI UJIAN PRAKTIK BERBICARA
KELAS XII IPA 1 SMA N 4 OKU TAHUN PELAJARAN 2009/2010
No Nama Siswa Nilai Ketercapaian Kompetensi
1 Ahamad Dedat 89 Mencapai KKM
2 Aninditha Rahmah R 79 Mencapai KKM
3 Anita Carolina 76 Mencapai KKM
4 Apriyanti 75 Mencapai KKM
5 Arif Kusuma Nugraha 75 Mencapai KKM
6 Arindona 84 Mencapai KKM
7 Bagus Praseptyo Aji A 79 Mencapai KKM
8 Bima Sanjaya 81 Mencapai KKM
9 Deta Helisanova 78 Mencapai KKM
10 Devita Sari 80 Mencapai KKM
11 Dhani Wisnu Saputro 80 Mencapai KKM
12 Eryleo Ridho 74 Mencapai KKM
13 Etty Oktaria 84 Mencapai KKM
14 Fasha Qarie Barda 81 Mencapai KKM
15 Fatma Olina 85 Mencapai KKM
16 Fauzi Widiyanto 81 Mencapai KKM
17 Hengky Saputra 78 Mencapai KKM
18 Herdi Saputra 80 Mencapai KKM
19 Ira Purnamasari 80 Mencapai KKM
20 Karina Dwi Aragi 85 Mencapai KKM
21 Linda Hastuti 79 Mencapai KKM
22 M Afdal 81 Mencapai KKM
23 M Reza Pahlevi 84 Mencapai KKM
24 Masayu Vidia Silvany 75 Mencapai KKM
25 Melissa Sundari 87 Mencapai KKM
26 Meta Yuliana 88 Mencapai KKM
27 Mona Herlianti Siahaan 77 Mencapai KKM
28 Noval Agustian 88 Mencapai KKM
29 Nora Soraya Sinabutar 81 Mencapai KKM
30 Ovillia Della Prativi 90 Mencapai KKM
31 Peggy Septianingrum 78 Mencapai KKM
32 Riki Apriansyah 76 Mencapai KKM
33 Riski Lesponda 84 Mencapai KKM
34 Rizka Agustin 85 Mencapai KKM
35 Rizki Juliantara 85 Mencapai KKM
36 Sadra Ihsani 77 Mencapai KKM
37 Ummi Wahyuni 83 Mencapai KKM
38 Vera Rosalina S 77 Mencapai KKM
39 Yessy Seftiani 77 Mencapai KKM
40 Yulia Putri Maya Sari 74 Mencapai KKM
41 Zainuna Rahayu 88 Mencapai KKM
Sumber : Daftar Nilai SMA N 4 OKU
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah diadakan perlakuan kepada siswa, hasil pembelajaran siswa dapat meningkat bila dibandingkan dengani data sebelum perlakuan berlangsung. Hasil pembelajaran pada hasil ujian semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 aspek psikomotorik, 41,46 % (17 orang siswa) belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72 dengan nilai rata-rata 72,90 sedangkan setelah perlakuan berlangsung terlihat pada daftar nilai mid semester genap aspek psikomotorik tahun pelajaran 2009/2010 nilai rata-rata mencapai 81,65 dengan ketuntasan 95, 12 % (39 orang siswa) melampaui KKM 72. Selain itu peningkatan juga nampak pada daftar nilai ujian praktik berbicara pada tahun pelajaran yang sama 100 % siswa mencapai KKM dengan nilai rata-rata 79,12.
Berdasarkan hasil penelitian siswa terlihat antusias dalam pembelajaran. Hal ini ditandai dengan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam setiap siklusnya. Kesempatan berlatih menyampaikan ide secara lisan tidak hanya didominasi oleh siswa yang berkemampuan baik tapi juga mampu memotivasi siswa yang terlihat kurang aktif sebelum perlakukan dilaksanakan. Selain itu, siswa merasa senang dengan pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran yang ditemui siswa selama ini. Melihat keberhasilan kegiatan pembelajaran menggunakan video pendek dalam presentasi disarankan prosedur yang diterapkan hendaknya meliputi : menyampaikan tujuan pelajaran, membagikan salinan deskripsi isi video, menampilkan video, presentasi serta menutup pelajaran.
5.2 Saran
Hal yang dapat disarankah dari penelitian ini adalah perlunya variasi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya variasi dalam PBM akan memnimbulakan motivasi siswa untuk belajar dalam suasana yang menyenangkan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G and G.Yule. 1983. Teaching the Spoken Language. Cambridge : University Press.
BSNP dan Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Petunjuk Teknis Pengambangan Silabus Dan contoh/Model Silabus: Jakarta.
Cholewinski, Micahel. 1996. Fishbowl: A Speaking Activity
dalam (http://eca.state.gov./forum/vols/vol137/no4/p.25.htm).
diakses tanggal 24 Nopember 2009.
Cahyono, Bambang Yudi. 1997. Pengajaran Bahasa Inggris : TEHNIK, STRATEGI,
dan HASIL PENELITIAN : PENERBIT IKIP MALANG: Malang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional RI:
Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
: Jakarta.
Eileli, Meral. 1996. A Cognitive Developmental Approach to Conversation dalam http://eca.state.gov/forum/vols/vol34/no4/p103.htm. diakses 24 Nopember 2009.
Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Robinett, Betty Wallace. 1980. Teaching English to Speakers of Other Languages : Substance and Technique. Minniapolis, MN : University of Minnessota Press.
Spratt, Mary dan Dangerfield, Les. 1985. At The Chalkface: Peactical Techniques in Language Teaching, Edward Arlnold: Maryland.
Suhardjono. et al. 2006. PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Bumi Aksara. Jakarta.
Tim Penyusun Kamus. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta.
Yang, Suying. 2000. Classroom Speaking Activities.
dalam http://eca.state.gov./forum/vols/vol137/no4/p22.htm. diakses tanggal 26 Nopember 2009.
Zhang, Yang, 2009. Reading to Speak: Integrating oral Communications Skills.
dalam http://eca.state.gov./forum/vols/vol137/no1/p32.htm. diakses 24 Februari 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar